Powered By Blogger

Jumat, 25 Maret 2011

rohani

                                                             SAKSI-SAKSI IMAN

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita liha (Ibrani 11:1)

Menurut Ibrani 11:1-40, saksi-saksi iman antara lain adalah Habel, Henokh, Nuh, Abraham, Sara, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Rahab, dan lain-lain.

Habel dikatakan beriman: “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.” (Ibrani 11: 4). Karena imannya, Habel lebih diindahkan oleh TUHAN dibandingkan Kain. “Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.” (Kejadian 4 :3-5).

Henokh dikatakan beriman: “Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.” (Ibrani 11:5).Henokh bersaksi bahwa iman, yang aktif di dalam hati seseorang di dalam hidup ini, demikian memperkenankan Allah sehingga pada akhirnya memberikan kepada orang yang benar-benar percaya itu kelepasan dari maut dan juga kenikmatan yang lebih sempurna serta kehadiran dan kemulianNya.

Nuh dikatakan beriman: “ Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.” (Ibrani 11: 7). Kejadian 6:9-22 menjelaskan tentang riwayat Nuh. “Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”(Kej 6:9). Allah menilik bumi sudah rusak dan penuh dengan kekerasan. Oleh sebab itu, Allah memutuskan untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa, dengan cara mendatangkan air bah. Namun Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh. Allah berfirman kepada Nuh untuk membuat bahtera dan haruslah dia membawa satu pasang: jantan- betina dari segala yang hidup, dari segala makhluk, ke dalam bahtera tersebut. Dan karena imannya,”Lalu Nuh melakukan semuanya itu, tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikian dilakukannya.” (Kej 6: 22)

Abraham dikatakan beriman: “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.” (Ibrani 11:8). Ketika Abraham dipanggil Allah (Kej 12:1-9), TUHAN berfirman kepada Abraham untuk pergi dari negerinya menuju ke negeri yang akan ditunjukkan TUHAN kepadanya. Abraham tidak mengetahui negeri yang akan ditunjukkan TUHAN kepadanya, namun karena imannya dia melakukan apa yang diperintahkan TUHAN. Kejadian 12:4, berbunyi: “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran”. Karena imannya juga, TUHAN menampakkan diri kepada Abram. Kejadian 12:7, “Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.”
Ibrani 11: 17-18 juga mengatakan bahwa Abraham adalah seorang beriman. “Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu"”. Suatu ketika kepercayaan Abraham diuji (Kej 22:1-19). Allah mencoba Abraham. “Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu"”.Abraham melaksanakan perintah Allah kepadanya. Ketika Abraham hendak mengambil pisau untuk menyembelih anaknya, berserulah malaikat TUHAN. “Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."”(Kej 22:12).

Sara dikatakan beriman: “Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.”(Ibrani 11:11). Kemenangan iman dalam pengalaman Sara sangat ajaib, bukan hanya karena ia mandul(Kej 11:30), melainkan lebih dari itu, karena pemenuhan yang secara itu tidak biasa untuk diharapkan pada umur yang sudah dicapainya. Imannya bersandar kepada firman yang dijanjikan Allah dan kepada kesetiaanNya yang aktif dalam memenuhi firmanNya(bnd. Rm 4: 20,21).

Ishak dikatakan beriman: “Karena iman maka Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau.”(Ibrani 11: 20).Ishak mengungkapkan imannya kepada pemeliharaan Allah yang berdaulat dengan menerima, sekalipun bertentangan dengan keinginan dan maksudnya sendiri yang kodrati, bahwa Yakub harus mendahului Esau di dalam pemberkatan (bnd Kej 27:33) dan dengan mengucapkan dahulu berkat-berkat di masa depan bagi keturunannya.

Yakub dikatakan beriman: “Karena iman maka Yakub, ketika hampir waktunya akan mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya”. Yakub memberikan hak sulung kepada Yusuf, yang sebenarnya adalah hak Ruben, yaitu dua bagian dari warisan yang dibagi di antara kedua anak Yusuf. Yakub juga menampakkan kesadarannya akan kenyataan dan kedaulatan Allah dengan caranya ia menyembah, karena ia sudah tua dan tidak kuat lagi, sambil bersandar pada kepala tongkatnya, atau tempat tidurnya (Kej 47: 31).

Yusuf dikatakan beriman: “Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya.”(Ibrani 11:22). Sebelum Yusuf meninggal, karena imannya, dia mengatakan kepada saudara-saudaranya tentang negeri yang telah dijanjikanNya. “Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: "Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub." Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: "Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini."”(Kej 50:24-25)

Musa dikatakan beriman: “Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.”(Ibrani 11:23).Karena keelokan rupanya, orangtua Musa menyembunyikkan Musa selama tiga bulan setelah ia lahir. Namun, mereka tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi maka Musa diletakkan di sebuah peti dan dibawa ke tepi sungai Nil. Puteri Firaun mengambilnya dan memberikan bayi itu kepada kakak anak itu untuk diberikan kepada inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu.Setelah besar, puteri Firaun itu memberikan namanya Musa, sebab katanya “karena aku telah menariknya dari air.”(lih Kel 2:1-10).
Pada ayatnya yang ke 24-25 pada kitab Ibrani, “Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa”.Pada Keluaran 5:1-24, “Musa menghadap Firaun-Bangsa Israel makin ditindas”. Ketika Musa dan Harun menghadap Firaun, dia berkata sesuai dengan firman Allah bahwa: biarkanlah umat-umat Israel pergi untuk mengadakan perayaan bagi TUHAN di padang gurun. Tetapi Firaun tidak mengizinkannya dan memerintahkan mereka melakukan pekerjaan mereka. Namun, dikatakan pada Keluaran 6:27-7:13, Musa menghadap Firaun kembali. Pada waktu itu, TUHAN berfirman kepada Musa di tanah Mesir. “TUHAN berfirman kepadanya: "Akulah TUHAN; katakanlah kepada Firaun, raja Mesir, segala yang Kufirmankan kepadamu." Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN: "Bukankah aku ini seorang yang tidak petah lidahnya, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku?"”(Kej 6:29-30).Musa merasa bahwa dirinya tidak mampu,namun karena imannya, TUHAN mengangkatnya sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangnya sebagai nabinya(lih Kej 7:1).

Rahab dikatakan beriman: “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.”(Ibrani 11:31). Rahab berbuat seperti yang ia lakukan, karena ia mengakui kuasa Allah Israel (yaitu: hal-hal yang tidak kelihatan)dan kemenangan tertentu yang pasti datang bagi umatNya(yaitu:hal-hal di masa depan). Lih Yos 2:8-11. Tanggapannya adalah penting karena sebagai perempuan, seorang kafir, dan seorang yang terang-terangan berdosa, ia menggabungkan diri kepada persekutuan mereka yang diselamatkan oleh iman. Sebagai lawannya, penduduk Yerikho yang lain disebut orang-orang durhaka, yaitu yang secara aktif tidak percaya.